Larutan yang terdapat di dalam kulit bumi berasal dari salah satu dari dua kemungkinan:
Air permukaan, yang selama perjalanannya melalui batuan-batuan akan melarutkan mineral-mineral yang mudah larut dan disebut air meteorit atau air tanah. Larutan ini umumnya bersifat cair dan dingin. Mineral-mineralnya kelak akan diendapkan di dekat atau mata air tanah.
Air yang terdapat di bagian yang lebih dalam disebut air magmatis, ialah sisa cairan yang berasal dari intrusi batuan yang cukup besar. Pengendapan mineral dari air magmatis ini cukup dalam letaknya.
Cara pengendapan mineral itu sendiri yang berasal dari larutan antara lain:
Penguapan larutan
Anhydrit dan halit umumnya berasal dari larutan-larutan yang mengandung kedua bahan tadi. Pengendapannya sering berupa lapisan-lapisan yang tebal, seperti di Kansas, Lowa, Michigan. Di pulau Jawa seperti di daerah Tegalombo (Kab. Pacitan), Cepu, di pegunungan Pamotan dan lain-lain.
Pengeluaran gas yang bekerja sebagai pelarut
Air yang mengandung banyak gas CO2 bila mengenai batuan kapur maka CaCO3 akan larut dalam bentuk asam bikarbonat CaH2 (CO3)2 yang merupakan persenyawaan yang tidak mantap (stabil). Karena pengaruh beberapa faktor seperti suhu, udara dll, maka gas CO2 dalam larutan akan keluar yang menyebabkan perubahan asam bikarbonat ke bentuk yang lebih sukar larut yaitu benstuk asalnya CaCO3.
Di daerah kapur maka sering terjadi pelarutan CaCO3 yang banyak dan selanjutnya diendapkan di gua-gua dalam bentuk stalaktit dan stalakmit. Bentuk-bentuk ini kita jumpai umpamanya di Gua Petruk (Kebumen) Gua Cermin (Wonosari), dll.
Sering pula terjadi pengendapan di dekat mata air atau tepi kali yang disebut Tuf-kapur. Travitin terjadi dengan jalan yang sama tetapi lebih padat. umpamanya terdapat di gunung Kapuran (dekat Bogor).
Penurunan suhu dan tekanan
Larutan air magmatis terbentuk dalam keadaan dengan tekanan dan suhu air yang tinggi, sehingga banyak bahan yang berkurang, maka diendapkanlah mineral-mineral Hidrothermal. Sumber-sumber air panas dan geyser – geyser terdapat di daerah dimana terdapat intrusi magma yang mendekati permukaan bumi. Maka air tanah yang bergerak ini akan mengalami penaikan suhu dan tekanan, sehingga akan lebih banyak bahan mineral yang terlarut di dalamnya dari pada keadaan biasa, dimana suhu dan tekanan ketika di permukaan. Maka di daerah ini akan banyak diendapkan tuf kapur dan travertine, sinter silisium, atau geyserit.
Interaksi larutan-larutan
Keadaan ini terjadi seperti di dalam laboratorium, dimana dapat terjadi endapan kalau kita mencampurkan dua atau lebih macam larutan. Larutan CaSO4 bila ketemu dengan BaCO3 yang mudah larut maka akan langsung membentuk endapan BaSO4 (mineral Barit).
Keadaan seperti di atas sering terjadi dengan memberikan endapan-endapan mineral sebagai akibat pencampuran air magmatis yang satu dengan yang lain, atau air magmatis dengan air permukaan dll.
Interaksi larutan dengan bahan padat
Larutan yang mengandung ZnSO4 bila melalui derah kapur akan menyebabkan terbentuknya ZnCO3 (mineral Smithsonit) dan CaSO4 (Anhydrit atau Gips). Umumnya suatu larutan melarutkan suatu mineral, selanjutnya mengendapkan mineral lain di tempatnya. Maka mineral Galenit (PbS) dan sulfide lain akan diendapkan dari larutan sekaligus menempati / mengganti batuan kapurnya dimana larutan akan saling berhubungan.
Tekstur atau struktur mineral yang terdahulu, umumnya dipertahankan oleh mineral yang menggantikannya. Contoh lain ialah pengisi bahan selisium (silikasi) kayu, dimana larutan silisium mengganti bahan selulosa dengan opal, tetapi dengan strukturnya seperti kayu. Keadaan ini dapat kita jumpai di Kali Baksoka (Punung, Wonogiri). Proses ini disebut metasomatis dan penting sekali pada pembentukan mineral bijih.
Interaksi gas-gas dengan larutan-larutan
Air yang mengandung H2S akan memberikan endapan sulfide bila berhubungan dengan larutan dari daerah tambang yang mengandung Zn, Cu, Fe, dll.
Pengaruh atau pekerjaan makhluk-makhluk dalam larutan
Mollusca, Crikoida dll menyerap CaCO3 dari air laut dan mengeluarkannya lagi dalam bentuk badan-badan pelindungnya, dalam bentuk aragonite atau kalsit. Radiolaria, Diatomea dan Bunga karang (spons) mengeluarkan bahan selisium dan membentuk diatomea. Kita dapat menemukannya di daerah Sangiran dan Bumiayu. Dapat juga dikeluarkan dalam bentuk batu api dan beberapa jenis calchedon.
Limonit dan belerang dapat terjadi karena pengaruh bakteri-bakteri dalam air yang mengandung besi atau sulfat (di danau pegunungan Dieng), begitu pula pengendapan NaNO3 dianggap sebagai hasil aktivitas makhluk hidup juga (di Chili).
Isbandi, Djoko. 2000. Mineralogi. Yogyakarta: Nur Cahaya.