Kamis, 17 Juni 2010

TEKSTUR BATUAN BEKU

Secara umum batuan beku dapat dibedakan dari kenampakan bentuk, ukuran butir dan hubungan kristal mineral-mineralnya atau disebut sebagai tekstur batuan.
Beberapa tekstur batuan beku yang umum adalah:

1. Gelas (glassy)
2. Afanitik (aphanitic)
3. Fanerik (phaneritic)
4. Porfiritik (porphyritic)
5. Piroklastik (pyroclastic)

Gelas (Glassy), tidak berbutir atau tidak mempunyai kristal (amorf). Terjadi akibat magma membeku dengan cepat saat menyentuh atmosfer. Suhu dan tekanan di atmosfer jauh lebih rendah dibandingkan dengan dapur magma. Akibatnya tidak sempat membentuk kristal atau amorf, seperti obsidian. Kadang lava mendingin atau membeku dengan cepatnya sehingga atom-atomnya tidak sempat membentuk mineral, sehingga yang terbentuk ialah mineraloid. Batuan beku luar yang sebagian atau seluruhnya terdiri dari gelas dinamakan obsidian.

Afanitik - (fine grain texture) - (aphanitic dari bahasa Yunani phaneros yang berarti terlihat, dan a yang berarti tidak) dapat diartikan mineral-mineralnya tidak dapat diamati dengan mata telanjang. Memperlihatkan pembekuan yang cepat namun masih sempat membentuk kristal yang kecil. Melalui pengamatan di bawah mikroskop dapat dikenali sebagai feldspar dan kuarsa.

Faneritik (phaneritic), yang berarti dapat dilihat. Batuan dengan tekstur ini butiran mineralnya dapat dilihat tanpa mikroskop, memperlihatkan besar kristal yang hampir seragam dan saling mengunci (interlock). Bentuk kristal yang besar ini menyatakan bahwa pembekuannya berlangsung sangat lama di bawah permukaan bumi.

Porfiritik, merupakan tekstur yang khusus dimana terdapat campuran antara butiran kasar di dalam massa dengan butiran yang lenih halus. Butiran yang relative sempurna dinamakan fenokrist (phenocrysts), sedangkan butiran yang lebih kecil disebut massa dasar (groundmass). Tekstur porfiritik menunjukkan bahwa magma yang sebagian membeku bergerak ke atas dengan cepat lalu mendingin dengan cepat pula. Sehingga meghasilkan fenokris yang dikelilingi oleh massa dasar. Pegmatite, merupakan batuan beku dalam yang terdiri dari mineral-mineral yang berukuran tidak lazim, besar-besar, sampai 2 cm atau lebih.

Pyroklastik – (dalam bahasa Yunani pyro artinya api dan klastos adalah pecah). Dikatakan pyroklastik jika strukturnya mirip dengan porfiritik namun bila dilihat di bawah mikroskop bahwa butirannya lebih banyak pecah-pecah dari pada saling mengunci. Fragmennya juga bengkok, terpilin dan terdeformasi. Terjadi akibat erupsi ledakan material berukuran debu yang dihembuskan ke atas.




Sapiie, Benyamin, dkk. anonim. Geologi Fisik. Bandung: ITB.

TERJADINYA TERUMBU KARANG

Terumbu karang merupakan koloni dari rumah-rumah jasad renik karang (contohnya polyps) yang hidup dilingkungan pantai dengan berbagai persyaratan, yaitu:

a. Suhu air pada lingkungan panas atau tropis, di atas 200 C.
b. Kedalaman air kurang dari 50 meter.
c. Air jernih tanpa sedimen dengan dasar cukup keras.
d. Laut tenang, gelombang tidak besar karena gelombang yang besar akan merusak tubuh karang yang rapuh dan menghambat pertumbuhan.
e. Sirkulasi air cukup lancar untuk mendapatkan cukup oksigen.
f. Salinitas (kadar garam) air laut 3.5 %.

Pada kondisi yang sesuai karang berkembang dengan cepat, dan larva yang berkembag biak akan tersebar luas oleh arus laut ke tempat lain. Jika larva tersebut mendapatkan landasan yang kokoh seperti batuan atau cangkang-cangkang sisa hewan yang mengeras, maka karang akan tumbuh dan berkembang.
Pertumbuhan karang dipercepat oleh terjadinya algae dan millipores yang juga mengambil kalsium karbonat dari air laut. Pertumbuhan karang oleh polyp dan algae efektif pada kedalaman 20-40 meter.



Sumber: Soeroto, Bambang R. 1994. Materi Kuliah Geomorfologi. Yogyakarta: UPN.

ASPEK GEOGRAFI SUNGAI MUDA

Sungai peringkat muda yang umumnya terdapat pada daerah pegunungan dengan morfologi yang terjal, gradient besar, arus cepat, banyak air terjun, mempunyai beberapa aspek geografi seperti: PLTA, sempadan Negara (political boundaries), sempadan biologi/kehidupan (biologic boundaries), sumber air (water suplay), tempat wisata/rekreasi dan terkadang sebagai media transportasi.

Dari manfaat sungai peringkat muda, ada juga beberapa aspek bencana yang memerlukan penanganan dan pengamatan khusus untuk penanggulangannya, yaitu:
• Longsoran
• Runtuhan
• Erosi
Dalam menatasi/menanggulangi hal tersebut beberapa usaha dapat kita lakukan antara lain pembuatan lereng (terrasering), catch dam, penghijauan.



Sumber : Soeroto, R. Bambang, et al. 1994. Diktat Kuliah Geomorfologi. Yogyakarta: UPN.