Orang-orang yang mula-mula memperhatikan kehadiran fosil dalam batuan adalah William Smith (1769-1839), seorang surveyor dari Inggris. Ia mencermati singkapan-singkapan batuan yang masih segar pada quarry, kupasan jalan (road cut) dan parit galian (excavation). Dalam urutan formasi yang terdiri dari selang seling batu pasir dan serpih, dijumpainya lapisan batu serpih yang sangat mirip, tetapi fosil yang dikandungnya tidak sama. Tiap lapisan serpih mengandung himpunan fosil tersendiri. Kegiatan yang menyamakan fosil dan urutan batuan dinamakan korelasi. Smith mengembangkan suatu metoda dimana dia dapat memprediksi lokasi dan sifat batuan di bawah permukaan.
Setelah Smith mengemukakan bahwa himpunan fosil di Inggris berubah secara sistematis dari lapisan yang tua ke lapisan yang muda, maka peneliti-peneliti lain di dunia menjumpai hal yang sama.
Sejak penemuan ini maka berkembanglah ilmu yang mempelajari fosil, yaitu paleontology. Kemudian diketahui bahwa jasad sebelum menjadi fosil, hidup pada masa tertentu, sehingga fosil tersebut merupakan penunjuk untuk masa yang itu. Fosil tertentu yang mempunyai penyebaran geografis yang luas dan masa hidupnya pendek, dinamakan fosil penunjuk atau fosil indeks (indeks fossil).
Untuk dapat mengidentifikasi lapisan batuan di berbagai tempat yang terpisah, mungkin sangat jauh, apakah terbentuk pada masa yang sama, dapat mempergunakan fosil pada diagram dalam.
Apabila tidak dapat dijumpai fosil indeks yang sama, maka dipergunakan kesamaaan himpunan fosil yang terkandung dalam lapisan batuan tersebut.
Sumber: Sapiie, Benyamin. anonim. Geologi Fisik. Bandung: ITB
Tidak ada komentar:
Posting Komentar